Rabu, 12 Juni 2024

Kecerdasan Buatan Yang Manipulatif



Artificial Intelegence dan berbagai piranti serta aplikasi digital mewabah. Konon, untuk memudahkan kerja manusia. Dahi kolega saya yang memang update dengan kemajuan teknologi mengernyit heran ketika saya tidak tahu aplikasi duplikasi tulisan itu.

“Aduuh.. gak update…. Payah,” keluhnya.

Kolega saya itu menyebutkan 3 aplikasi paling terkenal untuk menduplikasi sebuah tulisan tanpa terlihat plagiasi. Saya sengaja tidak menyebut nama aplikasi itu karena alasan etika.

Dengan menggunakan parafrase , tuturnya, maka setiap orang bisa menduplikasi puluhan tulisan dalam sehari tanpa terdeteksi sebagai plagiasi. Saat ini bahkan tersedia aplikasi untuk membuat skripsi, tesis dan jurnal ilmiah. Wah.. betapa kemajuan jaman mampu menikam orisinalitas berpikir manusia untuk melahirkan karya yang dihasilkan dari proses dialektika.

Saya tidak anti teknologi. Tapi teknologi tidak boleh menggantikan kejujuran dan orisinalitas berpikir dan berkarya. Duplikasi dan pencurian karya adalah dua hal berbeda. Duplikasi tetap diperlukan. Mass product yang dihasilkan mesin adalah contoh duplikasi yang dibenarkan. Tak terbayang jika setiap sepeda motor harus diproduksi hand made setiap partnya. Tapi tidak untuk karya tulis, karangan atau tesis.

Tidak ada satupun yang sungguh-sungguh orisinal di muka bumi ini. Satu sama lain saling mempengaruhi. Itulah gunanya belajar atau membaca literatur. Temuan orang lain bisa dikutip asalkan mencantumkan sumbernya atau diabstraksi sehingga lahir teori baru. Seluruh proses itu tersebut sah secara etika maupun akademik.

Teknologi dibuat untuk memudahkan kerja manusia, tapi tidak untuk kepentingan manipulatif. Seperti sebilah pisau yang bisa digunakan untuk memotong sayur atau membunuh manusia.Teknologi pun demikian.Bisa untuk kebaikan atau sebaliknya. By the way saya baru tahu jika teknologi juga bisa digunakan untuk memalsukan lukisan baru menjadi terkesan kuno dan mirip dengan lukisan aslinya yang berumur 100 tahun lebih. Gila!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenapa Depok Disebut Kota Petir?

  Depok tercatat dalam Guinness Book of World Record sebagai kota dengan petir paling ganas di dunia. Dari hasil penelitian Prof. Dr. Ir. Di...