Pertanyaan
ini wajib dijawab jujur. Jika kita merasa tidak nyaman dan tidak leluasa
menyampaikan pendapat kita maka itu sudah cukup jadi indikasi bahwa komunikasi
kita bermasalah. Levelnya berbeda-beda. Mulai dari ringan hingga level “sakit”
dan membuat kita depresi. Di level kronis, situasi di kantor senantiasa tegang.
Bukan lagi I hate Monday, tapi I hate everyday.
Komunikasi
di kantor memang cukup komplek. Minimal ada empat pihak. Atasan, rekan satu
tim, bawahan dan costumer atau pihak ketiga yang terkait bisnis kantor kita.
Setiap pihak menuntut pola komunikasi berbeda, namun memiliki kesamaan, yakni
komunikasi yang asertif.
Dalam
dunia psikologi, komunikasi asertif adalah sikap mampu berkomunikasi dengan
jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain. 
Direktur,
manager, staf atau office boy adalah jabatan. Jabatan menempati struktur
tertentu. Dalam dirinya melekat kewenangan dan tanggung jawab tertentu. Diluar
itu sama saja. Jadi, tidak berarti seorang direktur karena memiliki kewenangan
besar maka boleh berkata kasar dan merendahkan martabat seorang office boy
karena jabatannya paling rendah. 
Sikap
komunikasi yang agresif hanya melahirkan iklim komunikasi yang sakit dan pasif.
Team work sulit terbentuk jika sikap komunikasi yang dominan adalah
agresif. Target bisa saja tercapai, tapi lebih karena prestasi individualistik.
Kondisi ini rapuh dan melahirkan ketergantungan pada individu tertentu. 
Mayoritas
persoalan di tempat kerja berakar dari buruknya komunikasi inter personal.
Setiap individu sulit untuk mengaktualisasikan dirinya. Situasinya struggle,
kompetitif dan transaksional. 
Dalam
kondisi yang belum kronis maka seorang HR manager dapat melakukan pemulihan
kondisi melalui berbagai pertemuan terbuka atau town hall meeting. Namun
jika situasinya sudah kronis maka peran pimpinan perusahaan menjadi penentu.
Seburuk
apapun situasinya, kita harus mempunyai komitmen personal untuk membangun
komunikasi yang sehat (asertif). Lawan bicara yang agresif tidak perlu direspon
pasif atau terpancing meladeninya. Disinilah pentingnya integritas. Perlakukan
orang lain seperti kita ingin diperlakukan. Buat saya, penting untuk bersikap
santun baik kepada atasan maupun bawahan. Martabat orang tidak ditentukan oleh
jabatan. Santun kepada atasan bukan berarti harus menjilat. Baik kepada bawahan
tidak harus menjadi sinterklas. 
Saya
percaya, komunikasi sehat adalah resep agar kita tetap bermartabat. Peradaban
itu dimulai dari komunikasi yang equal dan menghormati hak orang lain dan diri
sendiri.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar