Rabu, 05 Juli 2023

Memahami Indonesia Lewat Soto

 



Percaya atau tidak, satu-satunya makanan khas Indonesia dengan varian terbanyak adalah soto. Dalam seminar Soto sebagai representasi cita rasa Indonesia yang diadakan Bekraf Creative Labs tahun 2017, Guru Besar Universitas Gadjah Mada Prof Murdijati Gardjito menyebutkan setidaknya ada 75 variasi soto yang tersebar di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 61 jenis soto atau 81,33 persen di antaranya berada di Pulau Jawa dan Madura. Sisanya tersebar di Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, dan Kalimantan. Sebuah kekayaan kuliner yang luar biasa.

Biasanya penyebutannya diikuti nama daerah. Soto Padang, Soto Banjar, Soto Medan. Setiap sajian soto memiliki ciri khas bumbu atau bahan-bahannya. Betapa kayanya kuliner Nusantara. Tidak salah jika kita bisa memahami Indonesia dari semangkuk soto.

Soto Gombong misalnya. Selain menggunakan ayam suir, soun, toge juga ditambahkan getuk ketela yang terbuat dari singkong kukus dan dihaluskan lalu diberi bumbu dan digoreng sampai garing. Getuk, lanting adalah penganan dari singkong yang merupakan oleh-oleh khas Kebumen dan kota sekitarnya.

Soto dengan bumbu paling banyak adalah Soto Padang. Terdapat 16 bumbu di dalamnya. Wuih rasanya “rame banget”. Ciri khas dari soto Padang adalah isian dendeng kering yang dipotong kecil-kecil, perkedel dan kerupuk berawarna merah. Berikan sedikit jeruk peras… wow rasanya segar dan gurih.

Lain lagi dengan Soto Banjar yang legendaris. Kuahnya yang keruh menggunakan campuran susu kental manis atau telur. Aroma rempahnya sangat menggoda. Pilih Rumah makan yang terletak di pinggir Sungai Martapura, Banjarmasin. Dijamin akan jadi pengalaman tak terlupakan.

Jadi, jika anda traveling ke suatu daerah, jangan lupa coba sotonya. Pelajari ingridients-nya, cicipi rasanya. Disana Anda akan bertemu kearifan lokal.

Dalam berbagai penelitian antroplogi kuliner, soto adalah makanan kaum pribumi kelas menengah bawah. Umumnya berisi jeroan, berlemak dan dinilai orang Belanda tidak higienis. Umumnya dijual dengan menggunakan pikulan. Dijual di pasar atau persimpangan jalan dekat alun-alun.

Dalam perkembangannya, soto pun “naik kelas.” Di beberapa varian, tidak menggunakan daging jeroan, disajikan lebih higienis, dijual direstoran dan dinikmati berbagai kalangan.

Jujurly… Jika ada pilihan berbagai menu makan siang, saya pasti akan pilih soto. Nikmatnya.. seng ada lawan…

Wonderfull Indonesia..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenapa Depok Disebut Kota Petir?

  Depok tercatat dalam Guinness Book of World Record sebagai kota dengan petir paling ganas di dunia. Dari hasil penelitian Prof. Dr. Ir. Di...