Percaya atau tidak, satu-satunya
makanan khas Indonesia dengan varian terbanyak adalah soto. Dalam seminar Soto
sebagai representasi cita rasa Indonesia yang diadakan Bekraf Creative Labs
tahun 2017, Guru Besar Universitas Gadjah Mada Prof Murdijati Gardjito
menyebutkan setidaknya ada 75 variasi soto yang tersebar di Indonesia. Dari
jumlah tersebut, 61 jenis soto atau 81,33 persen di antaranya berada di Pulau
Jawa dan Madura. Sisanya tersebar di Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi,
dan Kalimantan. Sebuah kekayaan kuliner yang luar biasa.
Biasanya penyebutannya diikuti
nama daerah. Soto Padang, Soto Banjar, Soto Medan. Setiap sajian soto memiliki
ciri khas bumbu atau bahan-bahannya. Betapa kayanya kuliner Nusantara. Tidak
salah jika kita bisa memahami Indonesia dari semangkuk soto.
Soto Gombong misalnya. Selain
menggunakan ayam suir, soun, toge juga ditambahkan getuk ketela yang terbuat
dari singkong kukus dan dihaluskan lalu diberi bumbu dan digoreng sampai
garing. Getuk, lanting adalah penganan dari singkong yang merupakan oleh-oleh
khas Kebumen dan kota sekitarnya.
Soto dengan bumbu paling banyak
adalah Soto Padang. Terdapat 16 bumbu di dalamnya. Wuih rasanya “rame banget”.
Ciri khas dari soto Padang adalah isian dendeng kering yang dipotong
kecil-kecil, perkedel dan kerupuk berawarna merah. Berikan sedikit jeruk peras…
wow rasanya segar dan gurih.
Lain lagi dengan Soto Banjar yang
legendaris. Kuahnya yang keruh menggunakan campuran susu kental manis atau
telur. Aroma rempahnya sangat menggoda. Pilih Rumah makan yang terletak di
pinggir Sungai Martapura, Banjarmasin. Dijamin akan jadi pengalaman tak
terlupakan. 
Jadi, jika anda traveling ke
suatu daerah, jangan lupa coba sotonya. Pelajari ingridients-nya, cicipi
rasanya. Disana Anda akan bertemu kearifan lokal. 
Dalam berbagai penelitian
antroplogi kuliner, soto adalah makanan kaum pribumi kelas menengah bawah.
Umumnya berisi jeroan, berlemak dan dinilai orang Belanda tidak higienis.
Umumnya dijual dengan menggunakan pikulan. Dijual di pasar atau persimpangan
jalan dekat alun-alun. 
Dalam perkembangannya, soto pun
“naik kelas.” Di beberapa varian, tidak menggunakan daging jeroan, disajikan
lebih higienis, dijual direstoran dan dinikmati berbagai kalangan.
Jujurly… Jika ada pilihan
berbagai menu makan siang, saya pasti akan pilih soto. Nikmatnya.. seng ada lawan… 
Wonderfull Indonesia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar