Jumat, 07 Juli 2023

Yakin Komunikasi di Kantormu Sehat?



Pertanyaan ini wajib dijawab jujur. Jika kita merasa tidak nyaman dan tidak leluasa menyampaikan pendapat kita maka itu sudah cukup jadi indikasi bahwa komunikasi kita bermasalah. Levelnya berbeda-beda. Mulai dari ringan hingga level “sakit” dan membuat kita depresi. Di level kronis, situasi di kantor senantiasa tegang. Bukan lagi I hate Monday, tapi I hate everyday.

Komunikasi di kantor memang cukup komplek. Minimal ada empat pihak. Atasan, rekan satu tim, bawahan dan costumer atau pihak ketiga yang terkait bisnis kantor kita. Setiap pihak menuntut pola komunikasi berbeda, namun memiliki kesamaan, yakni komunikasi yang asertif.

Dalam dunia psikologi, komunikasi asertif adalah sikap mampu berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain.

Direktur, manager, staf atau office boy adalah jabatan. Jabatan menempati struktur tertentu. Dalam dirinya melekat kewenangan dan tanggung jawab tertentu. Diluar itu sama saja. Jadi, tidak berarti seorang direktur karena memiliki kewenangan besar maka boleh berkata kasar dan merendahkan martabat seorang office boy karena jabatannya paling rendah.

Sikap komunikasi yang agresif hanya melahirkan iklim komunikasi yang sakit dan pasif. Team work sulit terbentuk jika sikap komunikasi yang dominan adalah agresif. Target bisa saja tercapai, tapi lebih karena prestasi individualistik. Kondisi ini rapuh dan melahirkan ketergantungan pada individu tertentu.

Mayoritas persoalan di tempat kerja berakar dari buruknya komunikasi inter personal. Setiap individu sulit untuk mengaktualisasikan dirinya. Situasinya struggle, kompetitif dan transaksional.

Dalam kondisi yang belum kronis maka seorang HR manager dapat melakukan pemulihan kondisi melalui berbagai pertemuan terbuka atau town hall meeting. Namun jika situasinya sudah kronis maka peran pimpinan perusahaan menjadi penentu.

Seburuk apapun situasinya, kita harus mempunyai komitmen personal untuk membangun komunikasi yang sehat (asertif). Lawan bicara yang agresif tidak perlu direspon pasif atau terpancing meladeninya. Disinilah pentingnya integritas. Perlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan. Buat saya, penting untuk bersikap santun baik kepada atasan maupun bawahan. Martabat orang tidak ditentukan oleh jabatan. Santun kepada atasan bukan berarti harus menjilat. Baik kepada bawahan tidak harus menjadi sinterklas.

Saya percaya, komunikasi sehat adalah resep agar kita tetap bermartabat. Peradaban itu dimulai dari komunikasi yang equal dan menghormati hak orang lain dan diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar