Istilah konten receh booming di era tahun 2000-an. Sebutan itu merujuk pada konten ringan, obrolan sehari-hari, tapi digandrungi publik. Lawannya adalah konten serius, substansial dan mendalam.
Awalnya
konten receh popular di kalangan content
creator sosial media (youtuber, vloger, dan lain-lain). Mereka adalah
netizen yang awalnya konsumen informasi, kemudian berubah menjadi produsen
informasi (gate keeper). Mereka adalah antitesa dari media mainstream. 
Masifnya
serbuan konten sosmed membuat konten jurnalistik “keteteran.” Istilah lain adalah disrupsi digital. Flexibilitas
sosmed dibandingkan media mainstream
membuat info yang diproduksi lebih masif, cepat, dan viral dibandingkan media mainstream yang terikat kaidah penulisan
dan kode etik. 
Mestinya
kedua jenis media ini tumbuh di ekosistem masing-masing. Tapi faktanya,
sejumlah awak media mainstream
berpikir pragmatis, ikut-ikutan memproduksi konten receh. Kasus-kasus berat pun
hanya diambil sisi dramatis dengan model penggarapan infotainment.. semuanya
demi viewers atau subscriber. 
Lihat
saja, media lebih bernafsu memberitakan tuduhan Firaun yang dilontarkan Cak Nun
kepada Presiden Jokowi  dibandingkan
mendiskusikan sistem pemilihan proporsional terbuka atau tertutup.  Media lebih berminat untuk memberitakan
kemarahan Rosario De Marshall alias Hercules 
kepada wartawan dibandingkan kasus yang membuat Hercules diperiksa KPK
yakni, dugaan adanya aliran uang dari tersangka Heryanto Tanaka yang diberikan
ke tersangka Hakim MA, Sudrajad Dimyati.
Inilah
momentum produk berita sensasional lebih digandrungi dibandingkan pemberitaan
kelangkaan pasokan beras sehingga terpaksa harus impor dari Vietnam atau
sengkarut tambang nasional yang tak pernah usai. 
Netizen
dan pejabat republik ini memang lagi mabuk konten receh ketika bangsa lain
sudah bicara rekayasa genetik pada teknologi pertanian dan memaksimalnya
penggunaan energi terbarukan pada industri dan moda transportasi.
Kondisi
pers saat ini kok ya sama dengan selera politisi bangsa ini… gemar berdebat isu
receh dibandingkan hal fundamental.

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar