November adalah hajatan akbar warga Kota
Tangerang. Festival Cisadane. Tahun 2023 ini digelar pada tanggal 22 hingga 26
November. Warga tumpah ruah, bahkan dari luar kota. Khusus untuk menyaksikan
dan terlibat dalam event legendaris ini. Okupansi hotel naik signifikan, dan
pelaku ekonomi, termasuk UMKM menangguk rejeki.
Kali ini, Festival Cisadane merilis sejumlah kegiatan budaya dan ecotourism yakni festival perahu naga, lomba arung jeram, pertunjukkan lampion air, festival band, mancing bareng, hingga penampila band-band nasional. Di area Jembatan Berendeng, ratusan stand atau booth membentang sepanjang bantaran Sungai Cisadane, dengan ratusan stand mulai dari pelayanan masyarakat hingga UMKM dan sederet kuliner menarik khas Kota Tangerang.
Event Cisadane, sebagai peristiwa budaya sudah ada sejak tahun 1700-an. Pengaruh budaya Tionghoa sangat kental ditambah dengan pengaruh budaya lokal.
Kilas Sejarah
Dari kajian sejarah berbagai sumber,
Sungai Cisadane sebelumnya disebut Ci Gede (Chegujde, Cheguide). Dalam perjalan
selanjutnya berubah menjadi Cisadane, sungai terbesar di tanah Pasundan.
Sumber mata air Cisadane berasal dari berbagai mata air di Gunung Pangrango dan Gunung Salak, melintas di sisi barat Kabupaten Bogor, terus ke arah Tangerang dan bermuara di sekitar Tanjung Burung.
Dengan panjang keseluruhan sekitar 126 kilometer, sungai ini pada bagian hilirnya cukup lebar dan dapat dilayari oleh kapal kecil. Pada abad ke-16 Tangerang (disebut oleh Tome Pires sebagai Tamgaram) yang berada di tepi sungai ini, telah menjadi salah satu pelabuhan yang penting namun kemudian kalah oleh perkembangan Banten dan Batavia.
Sebelum disebut Cisadane, sungai ini aslinya bernama Sadane. "Ci" dalam bahasa Sunda artinya sungai. Sedangkan kata "Sadane" berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti istana kerajaan. Sehingga nama Ci Sadane atau Cisadane berarti sungai yang berasal dari istana kerajaan. Kemungkinan yang dimaksud istana kerajaan adalah Kerajaan Pajajaran dengan Ibukota di Pakuan, Bogor.
Ada pula pendapat lain yang menyebut, "Sadane" berasal dari kata “Sadhana” yang mengandung arti “Jalan Kebijaksanaan”. Seperti kita ketahui, Kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan yang menganut agama Hindu yang sangat menghormati air sungai dari gunung sebagai sarana untuk membersihkan diri menuju jalan kebijaksanaan. Cisadane yang dulu mengalir bersih menjadi sungai suci bagi masyarakat Hindu Kerajaan Pajajaran.
Apabila dihubungkan dengan kata “Ci” dalam bahasa Sunda yang berarti sungai, maka nama "Ci Sadane" atau Cisadane berarti sungai suci untuk menuju jalan kebijaksanaan yang berasal dari istana Kerajaan Pajajaran.
Cisadane merupakan salah satu sumber mata yang dikelola oleh PDAM Tirta Benteng. Kondisinya tidak selalu baik. Kondisi airnya sudah tercemar zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti mercuri dan bakteri e-coli. Sangat berbahaya jika dikonsumsi langsung.
Sungai Cisadane juga mengalami pendangkalan, mulai dari hulu hingga ke hilir. Hal ini sangat berbahaya. Apalagi sungai sepanjang 126 km ini membelah 44 kecamatan di 5 kabupaten dan kota itu merupakan sumber utama bahan baku pengolahan air bersih untuk masyarakat.
Yuk kita jaga Cisadane. Rawat airnya, meriahkan festivalnya.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar