Koran Sindo (16/02/2023) memuat berita dengan judul besar Childfree Bahayakan Kesehatan. Headline. Hampir satu halaman penuh. Sejumlah media lainnya juga memuat isu ini. Pemicunya adalah pendapat Gita Savitri, seorang influencer Indonesia yang menetap di Jerman. Menurut Gita Savitri, “Not having kids is indeed natural anti aging." Selanjutnya, ia mengatakan, "You can sleep for 8 houss every day, no stress hearing kids screaming. And when you finally got wrinkles, you have the moner to pay for botox," sambungnya.
Pernyataan Gita itu langsung memicu kontroversi. Masa sih, gak mau punya anak cuma karena alasan demi terlihat awet muda. Kok dangkal amat. Wulan Guritno dan Sophia Latjuba aja terlihat awet muda, meski punya anak. Begitu kira-kira komentar seorang netizen yang murka.
Memilih tidak punya anak adalah pilihan. Tapi jika disampaikan ke publik apalagi “dipamerkan” oleh seorang influencer, itu jadi persoalan.
Di Eropa dan Amerika, childfree bukan isu baru. Pemikiran ini sudah mulai muncul di awal tahun 1900-an. Berkembang bersamaan dengan meningkatkan pendidikan tinggi kaum wanita, meningkatnya partisipasi wanita di dunia kerja, dan menjamurnya gerakan feminisme.
Menurut Oxford Dictionary, yaitu kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak.
Childfree lahir bersamaan dengan sikap untuk memilih hidup lajang, menunda pernikahan karena alasan mengejar karier dan kebebasan kaum wanita dari “perangkap tugas domestik perkawinan” . Intinya, kaum wanita punya hak setara dengan kaum pria.
Awalnya, childfree merupakan nilai yang dianut secara diam-diam dan personal. Namun belakangan dikampanyekan secara terbuka. Alasan yang dikemukakan sangat beragam. Ada yang karena alasan kecantikan seperti diutarakan Gita Savitri, namun juga ada yang karena alasan kesehatan, finansial, keleluasaan berkarier tanpa dibebani tanggung jawab membesarkan anak, dan puluhan alasan lainnya.
Bagi saya, anak adalah rejeki yang di anugerahkan Tuhan kepada hambanya. Yang namanya rejeki, pasti disyukuri dengan penuh suka cita. Tangis anak bukanlah beban tapi penyemangat hidup. Bahkan ketika hadir cucu, kebahagiaan pun semakin lengkap. Pencapaian karier tertinggi saya adalah mengantarkan anak-anak bisa menempuh hidup mandiri dan memiliki pasangan hidup yang dicintai.
Kriteria cantik bagi orang yang berumah tangga tidak semata-mata diukur dari kekanyalan kulit dan tidak adanya kerutan. Tapi lebih substansial. Kecantikan seorang ibu saat menimang bayi memancar begitu kuat dan meninggalkan kesan mendalam.
Dunia adalah diskursus dari tesa dan antitesa. Buat saya, childfree adalah fenomena sosial biasa. Tidak perlu terlalu serius untuk menanggapi, apalagi membully orang yang pro terhadap childfree. Hidup adalah pilihan dan di dalamnya ada disematkan iman. Itulah anugrah terindah Tuhan.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar