Beras
yang setelah diolah disebut nasi oleh masyarakat Jawa disebut sego. Sedangkan
masyarakat Sunda menyebutnya sangu. Sego dan sangu dalam bahasa sesungguhnya
adalah sagu(https://finance.detik.com/industri/d-3108281/bukan-beras-ini-makanan-asli-ri-sejak-zaman-kerajaan).
Indonesia
memiiki lahan sagu cukup luas, 1.4 juta hektar. Tersebar di Sumatera,
Kalimantan, Maluku hingga Papua. Baru 5% yang dimanfaatkan. 95% tumbuh alami. 
Sagu
dapat dimanfaatkan sebagai bahan kebutuhan pokok alternatif pengganti beras. Di
dalam sagu terdapat karbohidrat dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu,
sagu mengandung protein, vitamin, dan mineral, meski jumlahnya tidak banyak.
Terdapat 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10 mg kalsium,
dan 1,2 mg zat besi dalam 100 gram sagu kering.
Sagu
tak hanya diolah menjadi bubur papeda saja. Kini sudah ada yang mengolah
menjadi mpek-mpek, siomay, ongol-ongol, dan beragam kuliner lezat bergizi
lainnya. 
Sayangnya
makanan nenek moyang Indonesia tersebut kian hari kian terpinggirkan. Kebijakan
pangan nasional yang memprioritaskan beras menjadikan sagu menjadi makanan
“kelas 2”, Orang Indonesia Timur pun mayoritas kini mengonsumsi beras. 
Ketahanan
pangan pun identik dengan swasebada beras yang terus kisruh gara-gara ulah
mafia pangan yang semakin sulit ditangani.
Alih
fungsi lahan dari hutan sagu menjadi lahan tanaman padi di sejumlah wilayah
juga mengakibatkan deforestasi yakni situasi hilangnya tutupan lahan dan
atribut-atributnya yang berimplikasi pada hilangnya struktur dan fungsi hutan
itu sendiri. Belum lagi pembabatan tanaman sagu untuk kepentingan perluasan lahan
sawit. 
Potensi
sagu di Indonesia luar biasa. Jika dimanfaatkan, maka bisa mengatasi masalah
ketahanan pangan nasional. Sekitar 50% potensi sagu dunia ada di Indonesia. Sekitar
90% potensi sagu Indonesia berada di Papua. 
Pemanfaatan
potensi sagu yang begitu besar di Indonesia akan menguntungkan secara ekonomis,
budaya, lingkungan, dan politik. Mengonsumsi sagu, berarti melestarikan makanan
nenek moyang kita. Butuh political will yang
kuat dari pemerintah untuk menjadikan sagu sebagai makanan utama pengganti
beras.
Kendati
lahan lagu terbesar ada di Papua, namun popularitas sagu terkenal hingga
seluruh pelosok nusantara. Di Minang, ada makanan khas yakni lompong sagu, makanan
tradisional yang terbuat dari tepung sagu dan beberapa bahan lainnya yang
kemudian dibakar setelah dibungkus dengan daun pisang.
Lompong sagu lompong sagu
bagulo lawang
Di tangah tangah di tangah
tangah karambia mudo
Sadang katuju sadang
katuju dirabuik urang
Awak juo awak juo malapeh
hawo

Tidak ada komentar:
Posting Komentar