Atas nama agama, kita menghalalkan darah bangsa Yahudi atau Palestina. Atas nama kebencian terhadap kaum Rusia, Barat mengijinkan agresi militer. Atas nama ancaman terhadap kedaulatan, bangsa Rusia membumi hanguskan kota-kota di Ukraina.
Cara berpikir
primitif itu masih subur tumbuh di abad digital ketika teknologi sudah banyak
menggantikan tugas manusia. Naluri primitif merasuki dan menjejali otak untuk
melakukan agresi atas nama kesucian agama, solidaritas seakidah, dan kecintaan
berlebihan terhadap tanah air.
Itu pulalah
yang ada dalam kepala Joe Biden. Presiden Amerika Serikat itu mengacuhkan
seruan gencatan senjata yang disampaikan Presiden Jokowi dalam pertemuannya
dengan Biden di Gedung Putih, Senin
(13/11/2023). Alih-alih menanggapi usulan gencatan senjata yang disampaikan
Presiden Jokowi, Biden mengalihkanny auntuk bicara soal iklim. Bahkan
menghubungi Netanyahu dan menyampaikan dukungan usai bertemu Jokowi.
Kita bisa
bersaudara karena banyak hal. Kita pun bersaudara karena prinsip ukhuwah
insaniyah. Bersaudara sebagai sesama manusia adalah puncak persaudaraan. Ukhuwah
insaniyah adalah prinsip luhur yang menyatukan manusia atas dasar penghormatan
martabat manusia yang lahir dari ayah dan ibu yang sama, Adam dan Hawa. 
Ketika konflik
Gaza hanya dilihat dari konflik agama, maka membunuh lawan adalah tugas suci.
Manusia diredusir dalam labeling agama. Beda agama, halal untuk dibinasakan,
bahkan pada bayi lemah sekalipun. 
Mari kita lihat
konflik Gaza, Palestina dan Israil, sebagai konflik kemanusiaan yang harus
dihentikan. Pertumpahan darah tidak dibenarkan. Di abad modern, diplomasi
memiliki peran yang sangat kuat, embargo dan berbagai sanksi ekonomi punya dampak
signifikan. Embargo itulah yang memaksa Korea Utara dan sejumlah negara yang
meiliki fasilitas nuklir menahan diri.
Atas nama
apapun, agresi militer hanya menguntung pedagang senjata dan negara-negara
besar yang memiliki motif ekonomi dibalik kejatuhan sebuah negara. Jangan
mencederai prinsip luhur kemanusiaan dengan dalil-dalil agama dan retorika
chauvinism yang mengembalikan peradaban ke era kejayaan Kekaisaran Roma, Jengis
Khan dan pemerintahan aggressor sejenisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar