Rabu, 08 Maret 2023

Mental Tempe



Mental tempe adalah ungkapan merendahkan yang popular di era Orla dan Orba. Adalah Bung Karno yang pertama kali menggunakan istilah “mental tempe” sebagai ungkapan cemooh terhadap orang yang tidak punya semangat juang, loyo, lemah dan nrimo.

Sang proklamator menggunakan tempe sebagai analogi yang pas untuk membakar semangat rakyatnya, khususnya pemuda. Tempe identik dengan makanan murah kaum miskin. Tidak ada maksud merendahkan tempe sebagai “super food” yang memiliki kandungan protein nabati tinggi.

Ungkapan itu, kini tak relevan lagi. Tempe tak lagi hanya dikonsumsi kaum miskin, namun makanan favorit semua kalangan.

Dari penelusuran sejarah, ternyata tempe merupakan warisan nenek moyang Indonesia. Tempe pertama kali tercatat muncul pada tahun 1600-an di Tembayat, Klaten, Jawa Tengah. Karena itu, tempe menjadi populer khususnya di Pulau Jawa.

Tempe tercatat di Serat Centhini sebagai bahan makanan yang digunakan untuk membuat sambal tumpang. Jenis sambal ini pun tercatat menjadi sajian berbahan dasar tempe tertua sepanjang sejarah.

Serat Centhini adalah karya sastra 12 jilid di kesusastraan Jawa Baru di tahun 1814. Karya ini berisi kisah-kisah Jawa beserta ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa agar tidak punah. Penulisannya berdasar pada masa pemerintahan Sultan Mataram di tahun 1600-an.

Tempe sebetulnya tidak cuma dibuat dari fermentasi kacang kedelai, tetapi juga fermentasi kacang-kacangan lain, biji, hingga dedaunan. Karena itu, dikenal banyak varian tempe di Indonesia. Misalnya tempe kacang hijau, tempe kacang merah, tempe kacang koro pedang, tempe biji kecipir, tempe kacang tanah, tempe lamtoro tempe biji karet, tempe kacang gude, tempe ampas kelapa, hingga tempe daun singkong.

Awalnya, tempe dibungkus daun waru, daun jati, dan daun jambu biji. Kini, umumnya dibungkus daun pisang dan plastik.

Kandungan gizi tempe yang paling banyak adalah protein. Dari banyaknya kandungan protein pada tempe banyak orang yang mengonsumsinya untuk memenuhi kebutuhan protein nabati untuk tubuh. Tempe ini disebut makanan sumber protein nabati. Cocok dimakan untuk menggantikan daging.

Makanan khas Indonesia itu telah didaftarkan Kemenkraf sebagai warisan budaya tak benda UNESCO pada 2021 lalu.

Penggunaan ungkapan “mental tempe” kini tak relevan lagi untuk membakar semangat kaum muda. Perlu dicari ungkapan baru. Ada ide?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar