Rabu, 08 Maret 2023

Konten Receh



Istilah konten receh booming di era tahun 2000-an. Sebutan itu merujuk pada konten ringan, obrolan sehari-hari, tapi digandrungi publik. Lawannya adalah konten serius, substansial dan mendalam.

Awalnya konten receh popular di kalangan content creator sosial media (youtuber, vloger, dan lain-lain). Mereka adalah netizen yang awalnya konsumen informasi, kemudian berubah menjadi produsen informasi (gate keeper). Mereka adalah antitesa dari media mainstream.

Masifnya serbuan konten sosmed membuat konten jurnalistik “keteteran.” Istilah lain adalah disrupsi digital. Flexibilitas sosmed dibandingkan media mainstream membuat info yang diproduksi lebih masif, cepat, dan viral dibandingkan media mainstream yang terikat kaidah penulisan dan kode etik.

Mestinya kedua jenis media ini tumbuh di ekosistem masing-masing. Tapi faktanya, sejumlah awak media mainstream berpikir pragmatis, ikut-ikutan memproduksi konten receh. Kasus-kasus berat pun hanya diambil sisi dramatis dengan model penggarapan infotainment.. semuanya demi viewers atau subscriber.

Lihat saja, media lebih bernafsu memberitakan tuduhan Firaun yang dilontarkan Cak Nun kepada Presiden Jokowi  dibandingkan mendiskusikan sistem pemilihan proporsional terbuka atau tertutup.  Media lebih berminat untuk memberitakan kemarahan Rosario De Marshall alias Hercules  kepada wartawan dibandingkan kasus yang membuat Hercules diperiksa KPK yakni, dugaan adanya aliran uang dari tersangka Heryanto Tanaka yang diberikan ke tersangka Hakim MA, Sudrajad Dimyati.

Inilah momentum produk berita sensasional lebih digandrungi dibandingkan pemberitaan kelangkaan pasokan beras sehingga terpaksa harus impor dari Vietnam atau sengkarut tambang nasional yang tak pernah usai.

Netizen dan pejabat republik ini memang lagi mabuk konten receh ketika bangsa lain sudah bicara rekayasa genetik pada teknologi pertanian dan memaksimalnya penggunaan energi terbarukan pada industri dan moda transportasi.

Kondisi pers saat ini kok ya sama dengan selera politisi bangsa ini… gemar berdebat isu receh dibandingkan hal fundamental.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar