Rabu, 01 Februari 2023

Politik Itu Milik Tuan



Tahun politik 2023 orang ramai menggunjingkan arah koalisi partai dan calon presiden dan wakil presiden. Mulai dari perbicangan para cerdik cendikia di layar  kaca hingga obrolan di kedai kopi dan pasar becek. 

Dari sana kita bisa bayangkan bahwa politik itu benar-benar milik elit. Jangankan simpatisan, kader partai pun tak mampu menebak arah kebijakan politik partai yang diusungnya. Isu ekslusif di ruang tertutup. 

Nasdem misalnya, sebagai partai berhaluan nasionalis secara mengejutkan mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presidennya. Publik dan pendukung Nasdem pun terperanjat. Bukan saja karena Anies dilabeling sebagai kelompok kanan – Islam, Nasdem pun secara tegas berada di koalisi pemerintahan Jokowi yang bersebrangan dengan Anies. Sejumlah pengurus partai dan pendukung Nasdem di sejumlah daerah memutuskan untuk keluar partai karena alasan sudah tidak sehaluan lagi. 

Bukan hanya Nasdem, namun arah koalisi partai lain pun sangat sulit ditebak. Semuanya berlangsung secara pragmatis dan cenderung transaksional, “punya apa dan dapat apa”.

Seorang pendukung partai Republik dan Demokrat di Amerika sejak awal sudah bisa memprediksi arah kebijakan partainya, baik mengenai kebijakan perburuhan, perekonomian atau hak asasi manusia. Demikian pula dengan preperensi calon Presidennya. Sulit dibayangkan seorang konservatif seperti Donald Trump bisa berada di Demokrat. Media massa pendukunganya juga akan bersikap militan. CNN tidak mungkin mendukung Partai Republik, demikian pula dengan Fox tidak mungkin berkiblat ke Partai Demokrat. Nah, di Indonesia justru sebaliknya. Media yang semula mati-matian mendukung A pada pemilu berikutnya justru gencar menyerang A karena sang pemilik berubah haluan politik. 

Politik apalagi pemilu memang bukan kuasa rakyat. Stakeholdersnya tetap elit politik. Rakyat tetaplah floating  mass yang bisa diarahkan bahkan “dibakar” sesuai skenario elit..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar