Di era tahun 2000-an dipastikan sangat sulit mencari nama Asep, Ujang Nurjaman, Ajat Sudrajat, Sumino, Waginem atau Kaharuddin. Nama anak kekinian makin sulit ditebak asal daerahnya. Umumnya kebarat-baratan atau ke Arab-araban. Misalnya Rudy, Andre, Stefen, Summer, Monica, Salsabila, Farhan atau Faiz. Universalitas lebih diutamakan dari pada primordialitas.
Dulu jika nama orang berakhiran “O” maka dipastikan orang Jawa. Misalnya Sumino atau Soeharto. Jika diulang-ulang pasti orang Sunda. Misalnya Maman Suparman. Sementara Indra Piliang, Nurdin Koto atau Andrinof Chaniago dipastikan berasal dari Minang.
Pengecualiannya adalah Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat. Ia menjabat Gubernur Sumatra Barat dua periode hasil pemilihan Gubernur 2010 dan 2015.Walaupun nama terdengar seperti suku Jawa, namun dia berdarah Minang. Pasca penumpasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada akhir tahun 1960-an, banyak warga Minangkabau yang menanggalkan identitas dan label keminangannya melalui perubahan nama. Mereka mencari identitas baru supaya bebas dari kejaran tentara pusat. Mengubah namanya agar seperti orang Jawa, atau menganti namanya berbau Eropa, Persia, dan Amerika Latin. Strategi ini juga digunakan agar mudah diterima di perantauan Tanah Jawa.
Di era Orde Baru, pemerintah menganjurkan agar nama warga keturunan Tionghoa menganti namanya dengan nama berbau Indonesia. Asimiliasi tapi dipaksakan. Muncullah nama-nama Indonesia yang popular digunakan warga keturunan Tionghoa antara lain Halim, Salim, Chandra/ Tjandra, Cahaya/ Tjahaja, Bambang, Agus atau Widjaja.
Di era yang lebih demokratis dan terbuka trend nama anak adalah menonjolkan identitas agama, etnisitas dan universalitasnya. Ini fenomena antroplogis yang tidak bisa dielakan.
Warga keturunan Tionghoa kini tak ragu untuk menunjukan ke-Tionghoa-annya. Stephen Lee, Andrey Chuang, Wliliam Goh. Demikian pula orang Minang. Mereka tak ragu untuk menampilkan nama belakang Chaniago, Koto atau Piliang.
Trend nama anak adalah produk antropologi. Didalam nama bukan hanya terkandung doa dari ayah ibu, namun juga catatan sejarah terkadang gejolak sosial politik pada dekade ketika anak itu dilahirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar